Kamis, 24 April 2014

Passion dan Salah Jurusan

Walau bukan faktor mutlak, passion sering kali menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Minat atau passion turut menentukan bidang ilmu yang akan kita dalami selama hidup. Bidang ilmu itu sering kali menentukan jalan karier atau pekerjaan yang akan ditempuh di masa depan. Makanya menentukan jurusan saat SMA atau kuliah biasanya menjadi dilema tersendiri bagi remaja. Steve Jobs pernah berkata, "Banyak orang yang berpikir secara rasional akan menyerah ketika menghadai rintangan; sering kali passion-lah yang membuat kita tetap berusaha."

Lalu bagaimana kalau kita terlanjur memilih bidang ilmu yang tidak sesuai dengan passion kita? Itu lah yang saya alami selama 2 tahun berada di jurusan IPA di SMA. Lalu saya membaca buku Young on Top karangan Billy Boen. Menurut Billy, ada dua pilihan yang bisa diambil dalam kondisi tersebut:
  1. Do what you love
    Maksudnya, kita bisa memberanikan diri mengubah haluan, walaupun mungkin itu berarti kita sedikit memboros waktu dan biaya. Menurut saya, tidak sedikit orang yang mengubah jalan karier dari pendidikan yang telah ditempuh dan kemudian mencapai puncak tertinggi dalam hidupnya. Contohnya Aburizal Bakrie yang merupakan lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tahun 1973. Atau Chairul Tanjung yang lulus dari Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, yang melanjutkan sekolah ke program MBA.

Kamis, 17 April 2014

Belajar dari Ketidakadilan Orang Lain

Setiap orang tidak selalu dihargai oleh orang lain baik yang pernah dia temui atau tidak. Kadang ia diperlakukan tanpa diperhatikan perasaanya. Kadang dia mendapat penghargaan yang tidak pernah ia duga. Tidak menghargai perasaan orang lain adalah suatu bentuk ketidakadilan oleh seseorang.

Blog ini dibuat setelah saya kehilangan ponsel kemarin. Ponsel itu tercecer di jalan ketika saya pulang dari latihan band, dan tidak aktif lagi setelah saya sadar ponselnya sudah tidak bersama saya. Itu berarti seseorang telah menemukannya. Saya mencoba mengirim pesan singkat agar pelaku itu mau mengembalikan ponsel saya. Tapi setiap pesan singkat yang dikirim selalu saja kembali dengan laporan gagal. Oh... dia telah menghancurkan kartunya juga.
Saya sedih sekali. Pertama, ada banyak kenangan dalam ponsel itu. Pesan singkat terakhir ayah saya, ucapan selamat ulang tahun dari teman-teman, foto-foto, dan jadwal kegiatan saya. Kedua, kami belum punya cukup uang untuk membeli ponsel baru, sementara saya akan memasuki bangku kuliah dan tentu saja kami harus berhemat. Ketiga, saya sedih masih saja ada orang-orang yang tega berbuat seperti itu.

Hal ini sering terjadi di lingkungan sekitar kita.. Ya... saya tahu semua ini murni kesalahan saya. Tapi, sebenarnya dia bisa untuk tidak ikut berbuat salah jika dia mau. Dia tau bakal seperti apa pemilik ponsel itu bila ponselnya tidak ditemukan, tapi dia tidak peduli akan hal itu. Dia tidak menghargai perasaan orang lain. Itulah ketidakadilan yang dia lakukan.

Dari kejadian ini, saya tidak  hanya belajar untuk lebih berhati-hati lagi, tetapi juga belajar untuk menghargai perasaan orang lain, bahkan yang tidak pernah ditemui sebelumnya. Bayangkan bila seseorang datang dan mengembalikan ponsel itu pada saya, pasti saya akan sangat senang. Saya percaya bila kita menghargai perasaan, dan membuat orang lain bahagia, rasa bahagia juga akan kembali pada kita.